Bekerja adalah bentuk amalan ibadah yang memiliki nilai lebih dimata Alloh Subhanahu Wa Taala dengan tujuan memberi nafkah keluarga, Alloh Subhanahu Wa Taala janjikan pahala untuk hambanya yang bekerja untuk menafkahi keluarga dan ikhlas lillahi ta’ala. Umat Islam diwajibkan untuk selalu bekerja keras. Kewajiban untuk selalu bekerja keras terdapat dalam Al Quran :
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash 28 : 77)
Hidup adalah perjuangan dan disetiap perjuangan pasti diiringi dengan iktiar dan doa. Ikhtiar berasal dari bahasa Arab yang artinya sama dengan berusaha. Ikhtiar secara istilah ialah segala bentuk perilaku atau perbuatan manusia untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya atau usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya yang dilakukan dengan sepenuh hati, sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan keterampilannya serta dilakukan sesuai dengan syariat Islam.
Alloh berfirman dalam Surat Al-Israa’ ayat-19:
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُوراً
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha (berikhtiar) ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya (ikhtiarnya) dibalasi dengan baik. (QS. Al-Israa’ 17 :19)
Bentuk Bentuk Ikhtiar
Ikhtiar merupakan salah satu akhlak terpuji yang diajarkan oleh Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam. Adapun bentuk-bentuk ikhtiar diantaranya yaitu:
1. Bersungguh-sungguh
Sungguh-sungguh merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang harus diperhatikan. Dalam menggapai cita-cita diperlukan kesungguhan yang mendalam, jangan berusaha dengan setengah-setengah, lakukan dengan sungguh-sungguh.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Ankabut 29 : 69)
2. Bekerja keras
Berusaha semaksimal mungkin jangan bermalas-malasan namun berusaha dan berjuanglah sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam telah bersabda :
اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ, اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam (mengerjakan) hal-hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan dari Alloh dan janganlah bersikap lemah. (HR. Muslim).
3. Pantang menyerah dan putus asa
Jika sudah melakukan suatu usaha, kemudian belum mendapatkan apa yang diinginkan, kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan harapan, maka teruslah mencoba, mencoba dan mencoba. Jangan mudah menyerah, jangan berputus asa, karena kegagalan adalah sebuah proses pembelajaran. Perhatikanlah sabda Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam :
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا , وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Alloh dan Alloh berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan.” (HR. Muslim)
Secara bahasa, kata “doa” itu bermakna seruan, jadi berdoa itu artinya menyeru, mengucap, memanggil. Sedangkan secara istilah “doa” adalah suatu permohonan atau permintaan dan ucapan kepada Alloh Subhanahu Wa Taala sebagai penguasa alam semesta.
Menurut Quraish Shihab, Doa ialah suatu permohonan hamba kepada Tuhan-Nya agar memperoleh anugerah pemeliharaan dan pertolongan, baik buat pemohon maupun pihak lain yang harus lahir dari lubuk hati yang terdalam disertai dengan ketundukan dan pengagungan kepada-Nya.
الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَةِ
Doa adalah Otaknya Ibadah. (HR. Sunan Tirmidzi)
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Ghofir 40 : 60)
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
Tidak ada suatu apapun yang lebih mulya bagi Alloh selain doa (HR. Sunan Tirmidzi).
Agama Islam menganjurkan setiap manusia untuk selalu berikhtiar dan ikhtiar harus diiringi dengan doa, untuk hasilnya serahkan pada yang Maha Kuasa. Karena hasil dari setiap usaha manusia adalah hak prerogatif Alloh. Kita hanya wajib berusaha, jika gagal teruslah berusaha dan untuk hasilnya pasrahkan kepada Alloh.
Semoga bermanfaat. Amin
AssalamuAlaikum Wr.Wb
Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wasalam adalah manusia yang sangat mulia, memiliki budi pekerti yang paling luhur. Kemuliaannya tidak hanya bisa dirasakan umat pada zamannya. Namun ratusan tahun setelah beliau wafat, beliau tetap menjadi panutan Umat Islam didunia. Alloh berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (pribadi) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan hari kiamat dan banyak menyebut Allâh [QS. Al Ahzab 33:21]
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. Al Qalam 68:4)
Salah satu tugas terpenting Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wasalam diutus adalah menyempurnakan akhlak juga untuk mempersatukan bangsa yang terpecah belah dan terkoyak.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ حُسْنَ الأَخْلاَقِ
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik (HR. Shohih Bukhori)
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً
Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Sunan At Tirmidzi)
Sesungguhnya antara akhlak dengan aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali, akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan, semakin sempurna akhlak seorang muslim berarti semakin kuat imannya.
Berikut penggalan kisah Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wasalam yang membuktikan bahwa Agama Islam menjunjung tinggi dan menjaga ersatuan sebagai prioritas Umat Islam pada saat pelatakan batu hajar aswad.
Sebelum Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wasalam diutus, Kota Makkah dilanda banjir besar yang meluap sampai ke Masjidil Haram dan orang-orang Quraisy khawatir banjir ini akan dapat meruntuhkan Ka’bah. Penduduk Makkah merencanakan pemugaran Ka’bah yang melibatkan empat kabilah terpandang termasuk suku Quraisy yang turut serta dalam proses pembangunan kembali Ka’bah tersebut. Pada awalnya mereka masih takut untuk merobohkan Ka’bah. Akhirnya salah seorang dari mereka yang bernama Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy bangkit mengawali perobohan tersebut. Setelah melihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada Al-Walid, orang-orang Quraisy pun mulai ikut merobohkan Ka’bah.
Orang-orang Quraisy hanya menggunakan harta yang baik-baik saja dalam membangun Ka’bah, mereka tidak menerima harta dari hasil riba juga hasil perampasan. Nabi Muhammad juga bersama masyarakat mengangkut bebatuan dalam bangunan Ka’bah. Beliau bergabung bersama paman beliau Abbas Rodhiyallohu Anhu.
Permasalahan muncul ketika pembangunan Ka’bah selesai dan para kabilah saling berebut untuk mengembalikan Hajar Aswad, batu yang disucikan, ke tempat semula. Setiap kabilah merasa berhak memperoleh kehormatan untuk meletakkan batu hitam tersebut. Perselisihan makin memanas hari demi hari hingga akhirnya tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan permasalahan mereka, kecuali melalui peperangan.
Akhirnya tokoh paling sepuh diantara mereka yang bernama Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi mendapatkan ilham dan berkata, “Wahai Quraisy, jadikanlah seorang yang pertama kali masuk Masjid menemui kalian sebagai penengah diantara kalian.” Mereka menerima tawaran itu dan menunggu siapa gerangan yang pertama masuk Masjid, dan ternyata yang masuk adalah Nabi Muhammad. Setelah mereka melihat, mereka berkata, “Ini adalah Al Amin, kami setuju, dia adalah Muhammad.”
Mereka mengadukan permasalahannya kepada Muhammad. Melihat api permusuhan yang begitu membara di antara mereka, Nabi Muhammad segera memberikan jalan keluar terhadap perselisihan ini atas petunjuk Alloh Subhanahu Wa Taala. Beliau hamparkan surbannya di atas tanah dan meletakkan Hajar Aswad diatasnya. Lalu berkata, "Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini."
Setiap ketua dari keempat kabilah tersebut mengikuti usulan Nabi Muhammad. Masing-masing dari mereka memegang tiap sudut kain dan membawanya bersama-sama ke tempat seharusnya batu itu diletakkan. Kemudian Nabi Muhammad memindahkan Hajar Aswad dengan kedua tangannya sendiri dari surban yang masih dipegang para ketua kabilah ke lubang dinding yang telah disiapkan. Mereka semua puas dengan keputusan Nabi Muhammad dan pertumpahan darah pun dapat terhindarkan.
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ , لا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلامَ بَيْنَكُمْ
Demi Zat yang jiwaku ada dalam kekuasaannya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan Kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang jika kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Shohih Muslim)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Alloh agar kamu mendapat rahmat. (QS.Al Hujurot 49:10)
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ثُمَّ شَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
Seorang mukmin terhadap orang mukmin yang lain seperti satu bangunan, sebagian mereka menguatkan sebagian yang lain, dan beliau menjalin antara jari-jarinya. (HR. Shohih Bukhori)
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, bagaikan satu badan / ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.(HR. Shohih Muslim)
لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ - بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya". (HR. Shohih Muslim)
Abdurrahman dikenal luas sebagai saudagar sukses yang sholih juga dermawan. Namun, kekayaan itu tidak menghalanginya dirinya dari beribadah dan berjuang di jalan Alloh. Selain itu, Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasalam menjelaskan bahwa beliau juga menjadi salah satu sepuluh shahabat yang dijamin masuk surga.
Ketika peristiwa hijrah ke Madinah, Abdurrahman meninggalkan seluruh harta dan semua perdagangannya dirampas kaum kafir Quraisy di Makkah. Begitu pula sebelumnya, ketika ia ikut dalam rombongan Muslim hijrah ke negeri Habasyah. Kemudian Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasalam mempersaudarakannya dengan Saudagar di Madinah yaitu Saed bin Robi’ sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhori dalam Jami’us Shohihnya :
لَمَّا قَدِمُوا الْمَدِينَةَ آخَى رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بَيْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَسَعْدِ بْنِ الرَّبِيعِ قَالَ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنِّي أَكْثَرُ الأَنْصَارِ مَالاً فَأَقْسِمُ مَالِي نِصْفَيْنِ. وَلِي امْرَأَتَانِ فَانْظُرْ أَعْجَبَهُمَا إِلَيْكَ فَسَمِّهَا لِي أُطَلِّقْهَا فَإِذَا انْقَضَتْ عِدَّتُهَا فَتَزَوَّجْهَا قَالَ: بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ وَمَالِكَ أَيْنَ سُوقُكُمْ فَدَلُّوهُ عَلَى سُوقِ بَنِي قَيْنُقَاعَ فَمَا انْقَلَبَ إِلاَّ وَمَعَهُ فَضْلٌ مِنْ أَقِطٍ وَسَمْنٍ. ثُمَّ تَابَعَ الْغُدُوَّ. ثُمَّ جَاءَ يَوْمًا وَبِهِ أَثَرُ صُفْرَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَهْيَمْ قَالَ: تَزَوَّجْتُ. قَالَ: كَمْ سُقْتَ إِلَيْهَا قَالَ: نَوَاةً مِنْ ذَهَبٍ أَوْ وَزْنَ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ
Ketika mereka (Kaum Muhajirin) telah tiba di Madinah, Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasalam mempersaudarakan Abdur Rohman bin Auf dengan Sa'ed bin Rabi'. Sa'ed berkata kepada Abdur Rohman : "Aku adalah orang Anshor yang paling banyak hartanya, maka hartaku akan aku bagi dua dan aku mempunyai dua istri, maka lihatlah mana diantara keduanya yang menarik hatimu dan sebut kepadaku nanti aku akan ceraikan dan apabila telah selesai masa iddahnya silakan kamu menikahinya". Abdur Rohman berkata; "Semoga Alloh memberkahimu pada keluarga dan hartamu. Dimana letak pasar-pasar kalian?". Maka mereka menunjukkan pasar Bani Qainuqa'. Dia Abdur Rohman tidak kembali dari pasar melainkan dengan membawa keju dan minyak samin yang banyak. Lalu dia terus berdagang hingga pada suatu hari dia datang dengan mengenakan pakaian dan wewangian yang bagus. Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasalam bertanya kepadanya : "Bagaimana keadaanmu…?" Abdur Rohman menjawab : "Aku sudah menikah". Beliau bertanya lagi: "Berapa jumlah mahar yang kamu berikan padanya?". Abdur Rahman menjawab : "Sebiji emas atau seberat biji emas"(HR. Shohih Bukhari)
Di dalam Kitab Fadhoilus Shohabah dijelaskan bahwa Suatu hari Abdur Rohman bin Auf menjual tanahnya seharga 40.000 Dinar, kemudian membagi-bagikan uang tersebut kepada para fakir miskin Bani Zuhrah, orang-orang yang membutuhkan dan kepada Ummahâtul Mukminin (para istri Nabi). Al-Miswar berkata: “Aku mengantarkan sebagian dari dinar-dinar itu kepada Aisyah RodhiyAllohu Anhuma”. Aisyah RodhiyAllohu Anhuma berkata : “Siapa yang telah mengirim ini…?” Aku menjawab: “`Abdur Rohmân bin Auf”. Aisyah RodhiyAllohu Anhuma berkata lagi : “Sesungguhnya Rosululloh ShallAllohu Alaihi Wasallam telah bersabda : “Tidak ada yang menaruh simpati kepada kalian kecuali dia termasuk orang-orang yang sabar. Semoga Alloh Azza wa Jalla memberi minum kepada Abdur Rohmân bin Auf dengan minuman surga.
Pada suatu hari, di tengah ketenangan kota Madinah, debu tebal terlihat mendekat, membumbung ke atas. Semakin banyak hingga menutupi angkasa. Angin bertiup ke arah Madinah menyebabkan gumpalan debu kuning itu semakin mendekat dan terdengar menderu oleh penduduk Kota Madinah. Warga Kota Madinah mengira ada badai gurun yang sedang menyapu dan menerbangkan pasir. Akan tetapi, segera mereka sadar, dari balik gumpalan debu terdengar hiruk-pikuk yang menandakan bahwa itu adalah iring-iringan kafilah yang besar dan panjang. Terbukti, beberapa saat kemudian terdapat 700 unta penuh muatan memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Warga saling memberitahu satu dengan yang lain untuk menyaksikan keramaian itu dan untuk bergembira dengan datangnya rezeki yang melimpah.
Ketika mendengar kedatangan kafilah itu, Ummul Mu’minim, Aisyah bertanya, “Apa yang sedang terjadi di Madinah…? Terdengar jawaban, Kafilah dagang Abdurrahnan bin Auf datang dari Syam nembawa dagangannya. Aisyah kembali bertanya, Satu kafilah menyebabkan hiruk-pikuk seperti itu…? Terdengar jawaban, Ya, Wahai Ummul Mu’minin. Aisyah menggelengkan kepala, sambil mengingat sabda Nabi tentang Abdur Rohman bin Auf, Aku pernah mendengar Rosululloh bersabda, “Aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak”.
Beberapa shahabat menyampaikan ucapan Aisyah pada Abdur Rohman, ia pun seakan diingatkan bahwa sabda Nabi itu telah disampaikan padanya berulang kali. Ia menemui Aisyah dan berkata, “Wahai Ummul Mu’minin, engkau mengingatkan saya akan Sabda Rosululloh yang tidak pernah saya lupakan. Dan, ketahuilah Wahai Ummul Mu’minin, semua kafilah dengan muatannya ini, saya persembahkan untuk perjuangan di jalan Alloh. Muatan 700 kendaraan itu dibagikan kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya.
Kekayaan Abdur Rohman bin Auf tidaklah membutakan mata hatinya justru terkadang menjadikan susah hatinya karena mengenang shahabat-shahabatnya yang meninggal pada masa beratnya Islam, dari Ibrohim bin Abdur Rohman bin Auf (anaknya), ia bercerita :
أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ رضى الله عنه أُتِىَ بِطَعَامٍ وَكَانَ صَائِمًا فَقَالَ قُتِلَ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ وَهُوَ خَيْرٌ مِنِّى كُفِّنَ فِى بُرْدَةٍ إِنْ غُطِّىَ رَأْسُهُ بَدَتْ رِجْلاَهُ وَإِنْ غُطِّىَ رِجْلاَهُ بَدَا رَأْسُهُ وَأُرَاهُ قَالَ وَقُتِلَ حَمْزَةُ وَهُوَ خَيْرٌ مِنِّى ثُمَّ بُسِطَ لَنَا مِنَ الدُّنْيَا مَا بُسِطَ أَوْ قَالَ أُعْطِينَا مِنَ الدُّنْيَا مَا أُعْطِينَا وَقَدْ خَشِينَا أَنْ تَكُونَ حَسَنَاتُنَا عُجِّلَتْ لَنَا ثُمَّ جَعَلَ يَبْكِى حَتَّى تَرَكَ الطَّعَامَ
“Suatu saat pernah dihidangkan makanan kepada Abdur Rohman bin Auf. Tetapi waktu itu ia sedang berpuasa. Abdur Rohman bin Auf ketika itu berkata, “Mush’ab bin Umair adalah orang yang lebih baik dariku. Ia meninggal dunia dalam keadaan mengenakan selimut yang terbuat dari bulu. Apabila kepalanya ditutup, maka terbukalah kakinya. Jika kakinya ditutup lebih baik dariku. Ketika ia terbunuh di dalam peperangan, kain yang mengafaninya hanyalah sepotong, maka tampaklah kepalanya. Begitu pula Hamzah demikian adanya, ia pun lebih baik dariku. Sedangkan kami diberi kekayaan dunia yang banyak.” Atau ia berkata, “Kami telah diberi kekayaan dunia yang sebanyak-banyaknya. Kami khawatir, jikalau kebaikan kami telah dibalas dengan kekayaan ini.” Kemudian ia terus menangis dan meninggalkan makanan itu.” (HR. Shohih Bukhari)
Ibnu Hajar menyatakan, “Hadits ini mengandung pelajaran tentang keutamaan hidup zuhud. Juga ada anjuran bahwa orang yang baik agamanya hendaknya tidak berlomba-lomba dalam memperbanyak harta karena hal itu akan membuat kebaikannya berkurang. Itulah yang diisyaratkan oleh Abdur Rohman bin Auf bahwa beliau khawatir karena kekayaan melimpah yang ia miliki, itulah yang menyebabkan Alloh segerakan baginya kebaikan di dunia (sedang di akhirat tidak mendapat apa-apa, .).” (Syarah Fath Al Bari)
اِضْمَنُوا لِيْ سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنُ لَكُمُ الْجَنَّةَ: اُصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَأَوْفُوْا إِذَا وَعَدْتُمْ وَأَدُّوْا إِذَا ائْتُمِتْنُمْ وَاحْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ وَغَضُّوْا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ.
“Jaminlah enam perkara dari kalian untukKu niscaya Aku jamin bagi kalian surga yaitu Jujurlah apabila kalian berbicara, tepatilah (janji) apabila kalian berjanji, tunaikanlah (amanat) apabila kalian diberi amanat, jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan kalian dan jagalah tangan-tangan kalian.” (HR. Musnad Ahmad)
Ini adalah enam (6) akhlaqul karimah yang dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari setiap mukmin. SubhanAlloh, Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasalam ternyata akan menjaminkan surga kepada setiap umatnya jika mampu menghadirkan dalam keseharian enam amalan diatas.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Berkata yang benar
Seseorang yang benar dalam bertutur kata biasanya memiliki kejernihan hati. Selain itu berkata yang benar adalah cermin mukmin yang bertaqwa sesuai firman Alloh :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. At-Taubah 9:119)
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا
Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Alloh sebagai orang yang jujur. (HR. Shohih Muslim)
مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.”(HR. Shohih Bukhori)
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Sesungguhnya kejujuran akan mendatangkan ketenangan, kedustaan mendatangkan kegelisahan.” (HR. Sunan Tirmidzi)
2. Menepati janji, baik kepada Alloh ataupun manusia.
Sungguh Al Qur`an telah memperhatikan masalah janji ini dan memerintahkan untuk menepatinya. Alloh berfirman :
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمْ وَلَا تَنقُضُوا ٱلْأَيْمَٰنَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا
“Dan tepatilah perjanjian dengan Alloh ketika kamu berjanji dan janganlah kamu merusak sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya” (QS. An-Nahl 16 : 91)
وَأَوْفُوا بِٱلْعَهْدِ ۖ إِنَّ ٱلْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔولً
“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Isra` 17: 34)
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ
مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا خَاصَمَ
فَجَرَ وَإِنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Empat (prilaku) kalau seseorang ada padanya, maka dia termasuk benar-benar orang munafik. Kalau berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, jika bersumpah khianat, jika bertikai, melampau batas. Barangsiapa yang terdapat salah satu dari sifat tersebut, maka dia memiliki sifat kemunafikan sampai dia meninggalkannya." (HR. Shohih Muslim)
3. Memenuhi amanah.
Orang yang amanah adalah orang yang diberi rasa aman, yaitu sebagai buah dari keimanannya kepada Alloh.
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّو ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا
بِٱلْعَدْلِ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil ..." (QS An Nisa 4: 58).
لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki (sifat) amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya”. (HR. Musnad Ahmad)
4. Menuutup aurat dan menjaga kemaluan.
Orang yang menjaga aurat akan terjaga dan meningkat kehormatannya.
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (yaitu) orang yang khusyu' dalam Sholatnya dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna dan orang yang menunaikan zakat juga orang yang memelihara kemaluannya. (QS. Al Mukminun 23 : 1-5)
5. Menahan pandangan mata dari hal yang haram.
Di antara hak mata adalah menghindarkannya dari melihat yang diharamkan. Alloh mengingatkan orang iman supaya selalu menjaga pandangan mata.
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,”Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
(QS. An Nur 24 : 30).
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. (QS. An Nur 24 : 31).
“Ini adalah perintah dari Alloh kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir)
6. Menjaga tangan.
Menjaga tangan berarti menempatkan tangan sesuai fungsinya diantaranya menolong siapa pun yang membutuhkan uluran tangannya baik diminta ataupun tidak.
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا سَتَـرَهُ اللهُ
فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Alloh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Alloh memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Alloh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Alloh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Shohih Bukhori)
قلتُ يَا رَسُولَ اللهِ أيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَل قَالَ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Abi Musa Al Asy’ari berkata: “Saya bertanya: Wahai Rasululloh apa Islam yang paling utama…? Beliau bersabda : “Siapa yang kaum muslimin selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya” (HR. Shohih Bukhari )